Long-Awaited Trip to Lombok


Cerita Pengantar

Saat saya menikah di tahun 2018, saya sudah punya keinginan untuk bulan madu ke Lombok. Kebetulan saat itu suami masih internship, jadi setelah menikah belum bisa langsung bulan madu. Tapi kami sudah punya nama travel yang rencananya akan kami gunakan dan kami sudah DP ke travel tersebut. Qadarullah di akhir Juli 2018 terjadi gempa cukup besar di Lombok sehingga kami memutuskan untuk membatalkan bulan madu kesana karena melihat berita kondisi disana cukup parah. Ortu juga melarang pergi ke daerah Indonesia Timur dulu. Yaa sudahlah kita ikhlaskan DP ke Lombok itu dan keinginan pergi ke Lombok hikss...๐Ÿ˜ฉ

Selama 7 tahun pernikahan, adaaa aja yang bikin nggak jadi ke Lombok. Mulai dari suami yang langsung PPDS (mana ada waktu liburan), COVID-19 melanda, suami ACL, kami promil, saya hamil, dan akhirnya melahirkan bayi kembar hoho. Akhirnya tiba saatnya suami wisuda. Saat itu suami sudah bilang "ayo ndang direncanain ke Lomboknya gimana". Tapii beliau lalu sibuk dengan job huntingnya dan merasa keberatan kalau harus pergi karena takut tiba-tiba dipanggil interview. Saya mbatin lah ini jadinya kapan kalau ditunda-tunda terus huftt. Daan benar dugaan saya karena setelah suami keterima kerja minggu depannya langsung disuruh kerja ๐Ÿ˜’Awalnya suami bilang "gapapa yaa ntar kalau sudah kerja kan bisa ambil cuti." lhaa emang situ kapan bisa tiba-tiba cuti? untungnyaa alhamdulillah suami berubah pikiran sendiri dan tidak disangka-sangka Senin pagi bilang "yaudah Kamis sampai Minggu ini ya kita ke Lomboknya." Ya Allaahh gimana nggak buru-buru nyiapin semuanya wkwk. Untungnya saya dulu udah sempat riset travel mana yang kira-kira potensial sehingga bisa segera kontak mereka terus booking flight. 

Jadwal Perjalanan

Saya excited karena ini penerbangan pertama saya setelah 5 tahun loh...bayangin selama itu saya nggak kemana-mana. Paling jauh kayaknya cuma ke Solo atau Jogja haha. Untuk trip kali ini saya adjust itinerary nya biar nggak padet dan upgrade hotel resort supaya bocils nyaman. Itinerary nya sebagai berikut:

 Day 1

  • Penjemputan bandara
  • ⁠Bukit Seger view Sirkuit 
  • Pantai Kuta Mandalika
  • Lunch di Resto tepi Pantai Kuta Mandalika
  • Check-in Holiday Resort Hotel
  • Dinner ayam taliwang

Day 2

  • Breakfast di hotel
  • ⁠Penjemputan di hotel jam 11/12.00 siang
  • Lunch seafood pinggir pantai
  • Bukit merese
  • Pantai tanjung aan 
  • Desa tenun/sade (tentatif)
  • Dinner sate rembiga

Day 3

  • Breakfast di hotel 
  • Free time di hotel 
  • Penjemputan di hotel jam 15.00 sore
  • pusat oleh-oleh
  • ⁠Senggigi sunset point
  • ⁠Dinner di resto

Day 4

  • Breakfast di hotel 
  • Check out hotel
  • Pengantaran ke bandara

Catatan Perjalanan

  • Saya pergi dengan membawa ART sehingga beban pengasuhan bisa dibagi hehe meski dengan membawa dua anak usia 18 bulan.
  • Saat berangkat bukan waktunya liburan orang Indonesia, jadi lebih sering ketemu bule saat di hotel maupun tempat wisata. 
  • Karena merupakan pengalaman pertama bawa anak-anak pakai pesawat, saya sudah sounding ke bocils tentang naik pesawat. Saya tunjukin video pendek tentang gimana kira-kira naik pesawat itu. Alhamdulillah meski harus bangun jam 3 untuk siap-siap mereka happy dan excited nggak rewel sama sekali. New skill unlocked juga buat saya karena bisa menyusui tandem saat pesawat take off wkwk. 
  • Tempat makan dan menu sudah dipesankan oleh pihak travel dan seringnya menu makanan pedes semua. Alhamdulillah bawa makanan kering buat bocils karena kadang kalau kita order tambahan belum tentu cocok juga.
  • Karena mau bawa stroller rempong, pihak travel menyarankan untuk nyewa stroller yang basisnya ada di kota Mataram. Pihak travel merekomendasikan tempat persewaan keperluan anak-anak, saya hubungi mereka, dan stroller dikirim ke kantor travel. Stroller akhirnya kami pakai waktu eksplor hotel saja karena tempat wisatanya nggak memungkinkan dijelajahi pake stroller. 
  • Wisata di Lombok masih "raw" alias minim fasilitas seperti toilet, tempat makan/minum, dan mushola. Perjalanan kemarin 2x naik bukit yang ternyata belum ada tempat jalan yang nyaman gitu, masih bener-bener alami. Lumayan capek ya harus gendong bocils dan harus ekstra hati-hati. Pantai yang kami kunjungi bukan yang nyaman bisa dinikmati anak kecil main duduk lama2 gitu. Tapi karena mungkin masih minum fasilitas jadi masih kerasa "asli" ya dan pemandangan memang bagus. 
  • Agak kaget sepanjang jalan menuju hotel di daerah Senggigi sepi banyak resto dan hotel tutup terbengkalai.
  • Kali ini nggak ke gili karena cuaca berangin harus nyebrang naik ferry bawa bocils sepertinya kurang aman. 
  • Hotelnya recommended karena nyaman, banyak fasilitas, bahkan kami dapat sesi foto dengan fotografer gratis. 

Galeri Foto


Sunset di Senggigi point

Sirkuit Mandalika

Pantai Kuta Mandalika
Suasana saat menunggu sunset, bisa sambil berkuda

                                        

Beberapa foto suasana di resort


View dari Bukit Merese

Bukit Merese

Senja di Pantai Tanjung Aan


Penutup

Sebenernya masih banyak yang bisa di eksplor di Lombok ya seperti snorkeling di gili, Sembalun dan Gunung Renjaninya, maupun pink beach. tapi karena trip ini mengikuti kondisi bocils jadi ya belum bisa terlalu adventurous dan destinasinya nggak bisa yang terlalu jauh antara satu dengan yang lain karena bakal lama di jalan. 'Till we meet again ya Lombok! 


Mengasuh Anak Kembar : Sebuah Refleksi



Jujur, bingung harus nulis mulai dari mana hehe. Nggak terasa twinnies udah 18 bulan dan saya baru ada waktu buat lanjut nulis lagi ๐Ÿ˜‚ Telat banget sii tapi gapapa ya buat catatan pribadi juga dan semoga curcol saya ini ada manfaatnya buat para pembaca.

Persiapan

Saat hamil saya berusaha cari informasi terkait pengasuhan bayi kembar dari beberapa sumber. Ternyata sumber dari dalam negeri itu nggak banyak. Saya dapet banyak info  dari sumber luar, mungkin karena angka kejadian bayi kembar tuh lebih banyak di luar ya. Saya iseng coba nyari data jumlah bayi kembar di Indonesia,  infonya memang minim sekali. Hanya nemu di webnya Hello Sehat yang menyatakan terdapat 14 kelahiran bayi kembar pada setiap 1.000 kelahiran di Indonesia. Sedangkan di Amerika Serikat kelahiran bayi kembar lebih banyak dua kali lipat, yaitu sebesar 31 pada setiap 1.000 kelahiran di tahun 2022 (sumber CDC). Mengutip dari berita CNN tahun 2021, kelahiran anak kembar tengah mengalami peningkatan tertinggi sepanjang masa yaitu  hampir satu dari 40 anak dilahirkan kembar. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Human Reproduction menemukan lebih dari 1,6 juta anak kembar dilahirkan setiap tahun dalam satu dekade ke belakang. Ada beberapa faktor yang membuat fenomena ini terjadi, salah satunya perkembangan teknologi seperti IVF (tunjuk diri sendiri wkwk). 

Poin penting yang saya tangkap dari beberapa sumber adalah penekanan pada pentingnya membuat jadwal si kembar itu sama. Tujuannya agar pengasuh nggak perlu melakukan melakukan sesuatu berulang kali. Jadi misal ngasih susu, yaudah dalam satu waktu itu kedua bayi disusui secara bersamaan entah itu tandem (jika direct breastfeeding/DBF), satu nyusu langsung satu pake botol, atau keduanya pake botol. Dengan jadwal yang sama, diharapkan  dapat memudahkan pengasuh dalam mengatur waktunya. Misal kalau si kembar bisa tidur dalam waktu bersamaan, pengasuh bisa memanfaatkan waktu tersebut untuk melakukan aktivitas lain seperti makan/mandi/istirahat. Bayangkan kalau waktu tidurnya berbeda, satu bangun satu tidur gitu terus, maka pengasuh tidak punya waktu untuk melakukan hal lainnya.

Realita

Bisa dibilang 24 jam dalam sehari sebagian besar saya habiskan untuk menyusui. Dulu mikirnya satu bayi bisa disusui langsung (DBF) sedangkan satunya bisa pakai botol bergantian, jadi jadwal yang sama bisa diterapin. Realitanya, ASI saya kalau dipumping nggak bisa keluar banyak. Namun nggak ada masalah ketika DBF (bayinya kenyang-kenyang aja). Karena si adek keluar RS dengan status gula darah rendah, suami saya khawatir asupan ASI nya kurang karena itu di awal kami memutuskan buat ngasih sufor sebagai tambahan dan juga membantu agar saya bisa istirahat di pagi hari. Pemberian sufor ini juga terbatas kok, bisa dibilang awal-awal tuh 75% ASI 25% sufor. Tapi waktu masuk bulan ketiga atau keempat gitu mereka tiba-tiba nolak minum pake dot jadi hampir 100% DBF (sufor kalau mereka njerit barengan, itupun dikit banget sebagai pengalih sementara aja). Jujur berat sekali karena rasanya nggak berhenti, muter-muter terus nyusuin karena harus bergantian, kadang juga nyusuin tandem (new skill unlocked!). Hayati lelah ๐Ÿ˜ฃ 

Penerapan jadwal yang sama akhirnya gagal total wkwk. Mana ngga tega juga kalau harus bangunin twinnies yang lagi bobok nyenyak. Awal-awal juga belum nemu ritmenya jadi kadang kalau makan pun saya harus didulang. Rasanya nggak bisa ninggal bayi sama sekali. Kalau keluar rumah, rempong banget harus nyusuin twinnies. Makanya itu juga yang bikin saya jadi males keluar-keluar. Prinsip "ibu ikut tidur saat bayi tidur" juga nggak berlaku karena kadang jadwal tidur mereka sisipan. Kalau ada waktu kosong saya lebih memilih melakukan aktivitas lain seperti mandi, sholat, dan leptopan (saat itu masih sibuk ngerjain tesis dan ada kegiatan mentoring plus masih aktif di komunitas juga). 

Selain itu, mengasuh dua anak dengan umur yang sama di waktu yang bersama juga menjadi tantangan tersendiri. Sibling rivalry sudah ada sejak bayi wkwk makanya saya harus tegas. Mereka pun punya personality yang berbeda satu sama lain. Sebisa mungkin saya nggak membanding-bandingkan mereka dan terus menanamkan kasih sayang di antara mereka. Pertumbuhan dan perkembangannya pun pace nya juga berbeda. Waktu awal MPASI aman-aman aja, semuanya mereka makan dengan lahap. Tapi makin besar mereka makin punya preferensi makanan sendiri. Jadi dalam satu kali makan seenggaknya saya harus mikir menu cadangan alias nyiapin makanan lebih dari satu haha (cuma bisa ketawa). 

Tips

Mengasuh dan merawat anak kembar memang nggak mudah. Satu anak aja rempong ya apalagi lebih dari satu di saat yang sama wkwk. Makanya yang penting gimana saya bisa menjaga diri tetep "waras", nggak terlalu stres sampek bikin BB turun drastis atau sering nangis, dan sebisa mungkin enjoy the moment karena bagaimanapun momen kayak gini nggak akan terulang lagi. Balik lagi, semua tergantung perspektif  dan bagaimana kita merespon, jadi coba liat sisi positif dari tiap kesulitan yang kita hadapi. Berikut beberapa tips dari saya untuk mengurangi stres selama mengasuh twinnies, and they worked for me

  • Yang pertama dan paling utama adalah berdoa. Saya yakin banget saya dikasih bayi kembar itu berarti Allah tau saya mampu mengasuh dan mendidik mereka. Jadi saya kembalikan lagi semuanya ke Allah dan minta ke Allah untuk diberi kemudahan dan kesabaran.
  • Membangun support system. Support system disini siapapun yang dapat membantu saya dalam mengasuh twinnies seperti menggendong dan menjaga mereka ketika saya away maupun memenuhi kebutuhan dasar saya seperti memasak dan mencuci baju.  Alhamdulillah saya sangat terbantu dengan adanya support system yang mendukung, mulai dari suami, ortu, mertua, adek,  dan ART. 
  • Melakukan afirmasi positif di depan cermin. Mengasuh twinnies sangat melelahkan dan bisa jadi sangat membosankan karena melakukan suatu rutinitas yang gitu-gitu aja. Karena itu afirmasi positif penting agar saya terus bersemangat (setidaknya nggak merasa exhausted) dalam menjalani hari.  
  • Karena menyusui jadi aktivitas terlama dan dilakukan setiap hari, setidaknya saya harus merasa enjoy saat melakukan hal tersebut. Salah satu caranya adalah mencoba menemukan kesenangan kecil saat menyusui misalkan bisa lihat senyum dan tingkah bayi yang masih lucu, bisa scrolling medsos, bisa nonton, bisa baca buku, dsb. 
  • Menerima keadaan yang serba terbatas, nggak berekspektasi terlalu tinggi baik ke diri sendiri maupun ke twinnies (misal terkait milestone), enjoy the moment, nggak overthinking, nggak terlalu dimasukkan hati/baper kalo ada hal-hal yang nggak sesuai.  Intinya stay chill apapun yang terjadi wkwk.
  • Sediakan ruang untuk aktualisasi diri. Meski tiap hari nggak pernah sepi karena twinnies, saya sangat merasa kesepian karena jarang ketemu orang lain. Kangen obrolan dengan orang dewasa yang bahasannya nggak terkait anak. Karena itu saya tetap cari kegiatan sampingan dikit-dikit kayak ambil kerja part time/freelance dan  berusaha tetep terhubung dengan teman atau komunitas lewat media daring. 
  • Jaga kesehatan karena sakit saat mengasuh anak itu rasanya nggak enak banget. Mau istirahat juga nggak bisa karena anak tetep nen, anak tetep begadang, anak tetep mintanya sama emaknya. Karena itu saya rajin minum multivitamin dan juga booster ASI. Alhamdulillah sejauh ini dengan ijin Allah saya jarang sakit meski jam tidur kurang. 
  • Mandi air hangat. Kayaknya nggak penting ya? wkwk tapi menurut saya ini bisa jadi salah satu cara mengurangi pegel. Apalagi mandi itu jadi satu-satunya waktu pribadi dimana saya nggak pegang anak.

Semoga sedikit cerita dan tips dari emak-emak amatir ini bermanfaat ya buat pembaca, terutama buat calon ibu bayi kembar yang butuh gambaran gimana realita mengasuh anak kembar itu ๐Ÿ˜


Melahirkan Twinnies


Preeklamsia

Masuk minggu ke-36, tiba-tiba tensi saya naik ke 140an. Suami mulai khawatir liat trend nya makin hari kok makin naik gini. Diputuskan hari Senin malam waktu itu saya cek lab urin. Waktu itu kondisi kaki udah bengkak banget ya, sakit rasanya mau ngapa-ngapain. Mindahin badan juga dengan susah payah. Hasilnya cepet keluar, waktu itu saya liat protein albumin skornya 2. Saya kirim hasil itu ke suami (kebetulan suami stay di apart karena ada tugas jaga) dan juga ke Dokter Ben. Karena chat saya nggak dibales dokter, yaudah saya tinggal tidur. Pagi shubuh saya cek belum ada balesan dari dokter. HP saya silent trus saya tidur lagi karena baru bisa bobok nyenyak biasanya tuh pagi. 

Jam 7 pagi saya kaget tiba-tiba dibangunkan oleh mbak di rumah katanya saya disuruh siap-siap ke rumah sakit. Saya kayak yang loading lama, ngapain yak tiba-tiba ke rumah sakit. Waktu saya liat hape ternyata sudah ada missed call berkali-kali dari Dokter Ben dan suami. Intinya saya harus dioperasi caesar hari itu jam 2 siang karena sudah masuk kategori preeklamsia. Saya iseng cek tensi ternyata udah nyampek 157! Serem banget ๐Ÿซ  

sumber: kumparanmom


Karena mikirnya masih ada 10 hari sebelum due date, saya belum packing hospital bag dan juga belum mindahin barang-barang bayi ke kamar yang akan saya tempati setelah lahiran. Karena itu pagi itu semua serba dadakan dan hectic wkwk. Untungnya semua barang keperluan udah ada tinggal masukin koper aja. Saya juga diminta untuk minum obat adalat, telpon orang tua ngabarin kalau mau lahiran siang itu (posisi ortu lagi sibuk nyiapin 7 harinya nenek saya yang meninggal seminggu lalu), dan tidak lupa makan minum karena saya harus puasa dari jam 8 pagi.  

Lika Liku Tesis Master

In Search of Thesis Topic

Salah satu perbedaan antara kuliah di Indonesia dengan waktu saya kuliah di Jepang dulu adalah penentuan topik penelitian skripsi/tesis. Kalau di Jepang, meski kita punya topik sendiri biasanya tetap disesuaikan dengan projek besar penelitian di labnya sensei. Sedangkan di Indo kita diberi kebebasan penuh mau neliti kayak apa dan kayak gimana (tapi urus semuanya sendiri wkwkwk). Ada plus minusnya lah ya semuanya. Jujur saya struggle nyari topik karena beneran belum ada ide mau dibawa kemana arah penelitiannya.

Saya nggak suka statistik dan saya sempet cari data masalah di klinik milik keluarga suami tapi datanya kurang bagus kalau mau dijadikan data masalah tesis. Suatu hari waktu matkul Metode Penelitian dosen saya kalau beliau bosen dengan tema tesis mahasiswa yang gitu-gitu aja. Beliau nanya apa nggak ada yang mau ngangkat tema global? Saya langsung tertarik dan bertanya jenis penelitiannya seperti apa kalau mau bahas kayak global health gitu. Beliau bilang kalau sejak pandemi ini (waktu itu tahun 2021) mahasiswa diijinkan penelitian tesis dengan metode systematic review (SR). Wah menarique sekali apalagi saya merasa kekuatan saya ada di membaca. Saya juga nggak suka ribet-ribet penelitian lapangan karena saya belum punya afiliasi institusi apalagi pas jaman COVID makin susah dapet ijinnya. Selain itu,  SR bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. 

Ide awal waktu itu adalah sistem kesehatan seperti apa yang mendukung life expectancy. Tapi setelah berdiskusi dengan dosen pembimbing, sepertinya faktor yang lebih berpengaruh ke life expectancy itu adalah lifestyle bukan sistem kesehatan. Akhirnya setelah menggali sana sini saya menemukan data masalahnya di bertambahnya jumlah populasi Lansia Indonesia namun layanan kesehatan khususnya terkait long-term care masih sangat kurang. Singkatnya, judul tesis saya pada akhirnya adalah " Pengembangan Layanan Long-Term Care Terintegrasi bagi Lansia: Studi Systematic Review". 

Series of Exams

Di prodi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK), mahasiswa harus melewati 4 kali ujian untuk lulus. Nggak paham kenapa banyak banget yak huhu. Yang pertama adalah ujian pra proposal yang dilaksanakan pada 4 Desember 2021. Karena masih pandemi COVID, ujian dilakukan secara daring dan sistemnya semua dosen AKK yang bisa hadir akan memberi feedback. Jadi kayak dikeroyok gitu loh. Saya ditanyain apa sanggup melakukan penelitian kualitatif karena saya sendiri belum pernah ngelakuin dan di prodi AKK itu jarang yang ambil kualitatif.  Saya iyain aja asal nggak deket-deket sama statistik wkwk. Meski saya tau saya harus belajar sendiri gimana ngelakuin penelitian kualitatif karena sadly itu nggak diajarin di matkul Metode Penelitian maupun yang lainnya (#kesalahan1 ambil metode yang nggak umum dipakai di prodi).  Ujian kedua adalah ujian / seminar proposal yang dilakukan pada 1 April 2022 secara daring. Ujian inipun kesannya tiba-tiba karena saya disuruh maju tanpa feedback revisi dari dosbing heu. Penguji kali ini ada 5 orang,  yaitu 2 dari dosbing, 2 dosen internal AKK, dan 1 dosen penguji luar. Habis ujian proposal ini puyeng harus ngerevisi kayak gimana karena masukannya banyak banget wkwk. Kayaknya modelannya tuh waktu bimbingan komennya minimal tapi  waktu ujian maksimal๐Ÿ˜‚

Banyak hal terjadi selama 2022. Meski ini terdengarnya cuma excuse tapi jujur masalah-masalah yang ada (utamanya masalah keluarga) affected me alot. I felt somehow demotivated but still I tried to do the research bit by bit. Ikutan webinar/workshop, belajar-belajar sendiri, mikir-mikir sendiri, sampek bingung-bingung sendiri wkwk makanya it took a lot of time. Mau gak mau saya harus mengajukan perpanjangan beasiswa dan alhamdulillahnya dapat durasi maksimal yaitu 6 bulan.

Target di tahun 2023 saya harus lulus eh qadarullah ternyata saya hamil.  Buyar deh semua rencana karena saya tepar dan mabok banget selama kehamilan. Rasanya otak tuh nggak bisa dipake maksimal wkwk. Apalagi saya nggak boleh stress jadi saya ngerjain penelitian “senyaman dan semampu” saya aja. Saya sempet konsul sekali di trisemester 3 karena ngerasa otaknya lebih fit. Saya berharap sebelum lahiran seenggaknya bisa seminar hasil but yeah it just did not work.

Fast forward akhirnya sampai juga di tahun 2024 LoL. Saya udah dapat SP dari kampus (seumur-umur perjalanan akademik baru kali ini ๐Ÿฅฒ). Tapi ngerjain tesis sambil ngurus new born twinnies cukup challenging ya wkwk. Saya ngerjain dikit-dikit sambil curi-curi waktu, misal waktu mereka tidur atau pas menyusui disambi buka leptop. Alhamdulillah di tanggal 30 Januari 2024 seminar hasil bisa dilaksanakan. Untuk seminar hasil dan ujian tesis akhir nanti jumlah penguji dari eksternal bertambah 1 orang, sehingga total ada 6 penguji. Dan karena pandemi sudah berakhir, ujian dilakukan hybrid karena ada beberapa penguji yang bisanya datang online saja. Dramanya bayi-bayi njerit karena mereka nggak bisa tidur kalau nggak nen bundanya (masuk umur 3 bulan pada nggak mau minum susu dari botol). Anyway, ngerjain revisian selalu rasanya kayak ngerjain semuanya dari awal. Ini sih yang bikin antara satu ujian ke ujian lalu jedanya agak lama. Finally saya bisa ujian akhir tesis di tanggal 20 Mei 2024. Alhamdulillah kali ini bayi-bayi udah lebih gede jadi lebih sabar nungguin bundanya :)

Reflection on Master's Degree Journey

Apa saya menyesal mengambil S2 di Indonesia? Menyesal banget sih enggak juga ya…waktu memutuskan untuk kuliah disini karena prioritas keluarga, saya sudah menurunkan ekspektasi. Tapi nggak nyangka aja molornya lamaa banget hahaha soalnya saya biasanya orang yang nggak suka menunda-nunda dan disiplin. Tapi seninya kuliah di Indonesia itu memang karena ada banyak faktor yang mempengaruhi, nggak hanya dari faktor internal seperti motivasi saja tapi menurut saya lebih banyak ke faktor eskternalnya mulai dari dosen, petugas admin, aturan kampus yang dinamis, dsb. Cuma rasanya kayak ironi gitu dimana pas di Jepang mahasiswa yang dikejar-kejar dosen, disini bener-bener nggak dipeduliin. I began to wonder why I paid for this..tough the answer is obvious: hanya untuk ijazah ☹️  

Apa tujuan S2 saya tercapai? Sejujurnya alasan terbesar saya mau lanjut S2 di Indonesia itu harapannya bisa membuka peluang di dunia akademisi atau setidaknya memperluas networking. Tapi ya kok apesnya pas S2 pandemi COVID melanda, interaksi dengan dosen maupun teman juga sangat terbatas. Yasudah buyarlah semua cita-cita wkwk.  Tentunya nggak semua buruk ya. Sisi positifnya saya belajar ilmu baru, trus kalau disini tuh dituntut bisa ngerjain semuanya sendiri jadi otomatis saya punya skill baru.  Kalau di Jepang kan kerjaan dibagi jadi saya ngerjain bagian saya aja dan gak perlu bisa ngerjain lainnya (makanya skill nya sangat spesifik). 

Anyway, semua sudah terlewati dan alhamdulillah sudah tuntas kewajiban studi saya. Semoga ilmunya bermanfaat dan membuka peluang-peluang yang baik di masa depan aamiinn ๐Ÿคฒ๐Ÿป๐Ÿ˜‡


Catatan Trisemester Ketiga


Keluhan yang Muncul

  • Gatel-gatel di daerah perut dan kaki. Gatel-gatel ini umum terjadi pada ibu hamil dan disebut PUPPP (pruritic urticarial papules and plaques of pregnancy) rash. Untungnya yang di perut nggak lama, waktu itu saya rajin kasi minyak zaitun. Yang parah di kaki sampek merah-merah dan lumayan mengganggu karena bikin susah tidur. Nyoba minum incidal atau loratadine nggak ngaruh. Agak mendingan dikasi ice gel sama bedak gatel trus rajin diolesin lotion. Tapi tetep ya nggak bisa ngilangin, hanya ngurangin efek nggak nyamannya aja. 
  • Tendangan dan gerakan bayi-bayi makin mantap dan tajem jadi kadang bikin kaget. Herannya tuh mereka mesti paling aktif pas malem jadi nggak bisa bobok huhu. 
  • GERD tidak hilang jadi ya masih suka glegekan, mual, tapi alhamdulillah yang penting nggak muntah aja. Obat masih lanjut terus. Sempet sekali mualnya parah jadi inget kayak waktu masuk RS dulu, takut banget ๐Ÿ˜ฉ Akhirnya sama suami diganti deh obatnya biar lebih nampol. 
  • Kaki sering kram dan bengkak parah dari betis sampek jari-jari, berasa kaki gajah beneran deh. Kaki saya kaku banget akibat ketarik dan penumpukan cairan di bagian bawah badan jadi dari jauh keliatan mengkilat gitu, dan ini bikin susah ngapa-ngapain plus agak sakit pas nekuk. Kaki bengkak bisa dijadikan pertanda bisa jadi tensi naik makanya waktu itu sama suami disuruh rajin nensi tiap hari. Awal-awal alhamdulillah tensi masih normal ya tapi pada akhirnya tensi saya naik juga (diceritain lebih detil di bawah dan di postingan selanjutnya yaa). 
  • Lebih sering laper #yaiyalahwkwk
  • Berat badan mencapai 75 kg (naik sekitar 25 kg) akibatnya baju dan underwear nggak cukup, bingung beli karena baru kali ini ukuran badan jumbo wkwk. Untungnya yang gede banget tuh di perutnya aja, kalau bagian badan lain terutama muka (lol) nggak membengkak banget. Ohiya karena perut yang gede ini jadi bikin saya susah beraktivitas, contohnya kayak gerakin badan nggak bebas dan bangun dari tidur sakit terutama bagian punggung ke bawah.
  • Karena susah gerak dan badan rasanya berat sekali, waktu jalan keluar seperti ke mall saya didoring pakai kursi roda huhu maluu ๐Ÿ˜ฉ

Apa itu Babymoon 

Boro-boro babymoon, mau jalan pagi aja nggak boleh sama Dokter Ben wkwkwk. Bisa dibilang selama hamil saya jadi kayak tahanan kota. Lebaran juga nggak kemana-mana karena disaranin bedrest (masih di trisemester pertama waktu itu). Butek banget rasanya pingin liat yang indah dan ijo-ijo. Mana Surabaya kan boring banget ya wkwk paling hiburannya makanan. 

Alhasil saya keluar kota kayaknya bisa dihitung jari, yaitu waktu pingin makan ayam goreng di Pandaan (LOL), ke Rustic Market di Trawas (sempet ke cabang yang di Surabaya juga), sama yang terakhir ke Batu. Nah yang ke Batu ini juga aslinya pelanggaran karena sudah masuk di awal trisemester ketiga yang mana saya dilarang kemana-mana sama dokter. Awalnya saya pingin ke Batu waktu trisemester kedua tapi karena suami sibuk akhirnya keundur-undur terus deh. Waktu dilarang itu sedih banget rasanya karena sudah terlanjur booking hotel dan udah kepingin banget pergi jalan kemana gitu. Untungnya suami ngijinin gapapa tetep pergi (kalau ada apa-apa tanggung jawabnya dia wkwkwk). Sayangnya hotel tempat saya nginep ternyata agak kurang sesuai dengan ekspektasi saya dan pas itu suami agak gak enak badan karena kecapekan. 



Pilihan Rumah Sakit 

Memasuki trisemester ketiga hal yang harus kami putuskan adalah rumah sakit tempat bersalin. Ada 3 pilihan tempat dokter Ben praktek yaitu di National Hospital, RS Mitra Keluarga Kenjeran, dan Mayapada Hospital. Yang menjadi pertimbangan adanya ruang NICU, fasilitas kamar, dan tentunya harga. Kalau di National Hospital jujur biayanya fantastis bagi kami sehingga langsung kami coret wkwk. Dokter Ben sendiri merekomendasikan di RS Mitra Keluarga Kenjeran karena fasilitas NICU nya bagus. Tapi kami akhirnya memilih di Mayapada Hospital karena harganya yang paling terjangkau (meskipun teteup mahal yak hiks), fasilitas NICU ada, dan relatif dekat dari tempat tinggal. Sebenarnya saya pribadi ingin melahirkan di RSIA karena pasti kebutuhan bayi dan ibu lebih diperhatikan, seperti Inisiasi Menyusu Dini, dan biayanya juga lebih affordable. Tapi karena Dokter Ben nggak praktek di RSIA yasudah gimana lagi hehe. Sebenernya waktu program bayi tabung selesai, kita boleh-boleh aja ganti dokter kandungan ya. Tapi rasanya lebih mantap kalau sama Dokter Ben karena beliau yang menangani proses kehamilan ini dari awal sehingga kalau ada apa-apa harapannya lebih paham harus ambil tindakan apa. Melahirkan kembar/gemeli termasuk melahirkan dengan resiko jadi biasanya rumah sakit tidak memberikan opsi paket/diskon seperti persalinan pada umumnya. 

Menuju Kelahiran Twinnies

Dokter Ben menginfokan kalau idealnya saya dioperasi caesar di minggu ke 37, yaitu sekitar tanggal 15-22 November 2023. Saya dan suami disuruh milih tanggal berapanya dan kami memutuskan untuk memilih tanggal 17 November karena itu di hari Jumat. Dulu waktu pengumuman hamil itu juga di hari Jumat. Harapannya nyari berkahnya hari Jumat gitu ๐Ÿ˜Š Dokter Ben cek jadwal dan beliau juga oke di tanggal itu, suami pun siap-siap atur cuti. 

Di week 32, saya disuntik pematang paru sebanyak 2x tujuannya kalau tiba-tiba harus lahiran prematur, paru-paru bayi sudah lebih siap sehingga chance buat para bayi lahir dengan selamat dan sehat juga harapannya lebih besar. Kebanyakan kehamilan kembar biasanya lahiran lebih awal dari HPL alias prematur. Kalau HPL saya sebenernya di awal Desember. Seneng banget nih suami saya karena ultahnya bisa barengan sama ultahnya anak-anak. Tapi ya gimana nggak mungkin nunggu sampai HPL karena biasanya ibu dan para bayi udah sama-sama nggak kuat wkwk.

Menuju week 37 satu hal yang saya sadari adalah makin lama posisi perut makin ke bawah. Dulunya perut kayak neken ke atas, tapi ini keliatan banget si perut turun dan keliatan ada jarak antara dada dan perut. Mama dan beberapa emak-emak yang liat ini sempet pada bilang habis ini kayaknya lahiran deh itu, mungkin nggak nutut sampek tanggal 17 November. Tapi saya selalu bilang doain biar tanggal 17 aja wkwkk. 

Di week 34 tensi saya agak naik ke 120an. Suami nyuruh saya buat cek lab, screening buat memastikan ini masuk pre-eklampsia atau enggak. Hasilnya nilai protein 1 (ada kebocoran protein di urin) tapi masih kategori gapapa alhamdulillah.  Tapi saya disarankan buat memantau tensi tiap pagi tiap hari sebagai bentuk kehati-hatian. Eklampsia itu salah satu penyebab kematian tertinggi bagi hamil di Indonesia. Jadi harus waspada dan jangan disepelekan ya, terutama yang punya faktor resiko seperti kehamilan kembar. Terkait pre-eklampsia bisa dibaca disini yaa.

Catatan Trisemester Kedua



Keluhan yang Muncul 

Kalau ngomongin keluhan kayaknya nggak kelar-kelar ya selama kehamilan kembar kemarin wkwk. Tapi alhamdulillah disyukuri semuanya artinya bayinya sehat-sehat, cuma emaknya aja yang tepar ๐Ÿ˜‚

  • Week 13-16 belum membaik mual muntahnya 
  • Week 17 kayaknya mulai berkurang frekuensi muntah, sehari 1-2 kali aja 
  • Week 19 mulai sering ada tendangan, rasanya aneh kayak "nyut" gituu dan sering bikin kaget wkwk
  • Badan super kaku dan kerasa berat
  • Sering nyeri perut
  • Encok punggung parah
  • Susah bobok entah karena mual atau badan sakit
  • Mulai muncul kram 
  • Ndredeg nemen apalagi sebelum dan waktu muntah
  • Muncul jerawat punggung
  • Kaki kanan bengkak 
  • Gerakan janin makin mantap dan paling aktif pas malem mau bobok. Satu nendang kantung kemih satunya lagi nendang lambung ๐Ÿ˜‚ (perih atau kadang bikin perasaan kebelet pipis) 
  • Ambeien kambuh untungnya nggak berlangsung lama dan nggak parah-parah amat 
  • Suatu pagi di week 24 mendadak kayak mau pingsan. Dicek lab darah ternyata Hb turun bukannya naik. Dokter Ben nambahin dosis maltofernya jadi 3x1 dan urutan minum obat lambung sama suami juga diubah. Kayaknya sih  gara-gara kurang tidur jadi nggliyeng-nggliyeng gitu...

Opname di Rumah Sakit

Ini mungkin jadi highlight selama kehamilan kembar. Memasuki week 21 saya harus diopname 5 hari di rumah sakit gara-gara muntah darah ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ 

Satu malem saya kayak biasanya kebangun gara-gara refluks trus muntah. Biasanya habis muntah enakan tapi ini anehnya sampek shubuh saya gelisah terus gak jelas gitu nggak bisa bobok, sampek pingin mbangunin suami karena bingung..lah kok akhirnya pas muntah lagi yang keluar cairan hitam gitu. Saya kaget terus manggil-manggil suami. Pas suami ngeliat wah fix ini ini darah di lambung huhu. Tapi habisnya muntah darah itu jadinya enakan dan saya bisa tidur. Waktu bangun, suami mutusin saya harus ke rumah sakit karena bahaya ya kalau dibiarin, harus dicek-cek nih. Saya ke IGD RS Premier ditemenin adik karena suami harus ngurus ijin dulu di rumah sakitnya, ntar dia nyusul (aslinya dia ada shift jaga di hari itu). Milih rumah sakit itu karena dosennya suami praktek disitu dan rumah sakitnya nggak jauh dari apartemen kami. Alhamdulillahnya habis dikasi obat injeksi di rumah sakit saya nggak muntah-muntah lagi (sampai lahiran nanti). 

Waktu di rumah sakit ketauan juga Hb saya rendah alias anemia.  Anemia rentan terjadi pada ibu hamil, apalagi ibu hamil kembar. Idealnya ibu hamil minim Hb di angka 10, waktu itu saya di bawah 10. Adanya muntah darah jadi indikasi kemungkinan saya ada ongoing bleeding atau pendarahan di lambung. Kalau ada pendarahan otomatis bisa memperparah anemianya. Ada tidaknya pendarahan ini bisa dikonfirmasi dari sample BAB, misal dilihat warna BAB nya jika warnanya hitam bisa jadi indikasi ada pendarahan. Sebenernya tindakan paling gampang untuk menaikkan Hb itu dengan transfusi darah. Tapi karena saya hamil, transfusi tidak disarankan. Jadi saya hanya konsumsi zat besi tambahan. Tapi terapi ini lambat sekali, jadi saya selama 5 hari diopname Hb nya hanya naik nol koma kalau nggak salah huhu. Akhirnya diputuskan rawat jalan aja pokoknya udah nggak muntah, karena kalau nunggu Hb naik saya nggak bakal pulang. 

Waktu diobservasi di IGD

Alhamdulillah selama dirawat kondisi bayi-bayi saya sehat dan tetap aktif. Bidan secara berkala tiap hari selalu ngecek tensi saya dan denyut nadi janin. Ohiya saya juga baru pertama kali merasakan diinjeksi magnesium sulfat yang bikin sensasi panas waktu diinjeksi ke dalam darah. Aneh banget deh rasanya kayak ada panas menjalar dalalm tubuh gitu. Jujur bikin gak nyaman banget ya tapi untungnya sensasi itu nggak bertahan lama. Ternyata setelah saya baca-baca injeksi magnesium sulfat itu untuk mencegah kejang akibat eklamsia (komplikasi kehamilan yang berbahaya, ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kejang sebelum/selama/setelah persalinan). 

Cari udara seger karena butek banget di kamar

Sejak keluar rumah sakit alhamdulillah saya nggak pernah muntah lagi tapi memang diikuti dengan konsumsi obat lambung rutin (pantoprazole, ondansentron, dan inpepsa). Refluks masih sering kumat terutama malem makanya sering nggak bisa tidur. Karena refluks masih ada, sensasi pingin muntah tetep ada. Nah ini yang bikin aawal-awal setelah pulang dari rumah sakit itu saya seperti kena anxiety attack. Tandanya itu kalau udah pingin muntah tiba-tiba saya jadi kayak bingung, takut sampek nangis, nggak bisa mikir. Saya sadar ini nggak bisa dibiarin  makanya saya cari-cari info gimana ngatasinnya. Salah satunya dengan ditenangin orang terdekat dan latihan nafas. Alhamdulillah anxiety attack nya cuma terjadi 3 kali aja (seinget saya), intinya nggak berlarut-larut lah. Bener-bener adaaa aja selama kehamilan ini. ๐Ÿ˜ฅ 

USG 4D Fetomaternal

Dokter Ben merekomendasikan untuk melakukan USG 4D fetomaternal di RSIA Putri Arief Rahman Hakim waktu week 21. USG 4D feto ini tujuan utamanya bukan buat liat wajah bayi ya wkwk tapi memastikan bahwa janin sehat nggak ada kelainan apapun. Jadwal USG saya dicancel seminggu gara-gara saya opname habis muntah darah itu. 
Waktu dilakukan USG 4D fetomaternal ini bayi bayi saya gerak-gerak terus jadi agak susah ngeceknya hehe. Sempet terlihat juga mereka sedang tendang-tendangan๐Ÿ˜‚Alhamdulillah normal semua hasilnya dan dikonfirmasi kalau gender bayi dua-duanya perempuan. Kata dokternya sih sebenernya kalau USG 4D bisa keliatan muka baby nya lebih jelas tapi karena ini kehamilan kembar jadinya bayi-bayi kayak tumpuk-tumpukan gitu jadi fotonya kurang jelas. Waktu dilihat hasilnya keliatan yang satu hidungnya mancung yang satu pipinya mbleber wkwkwk. ๐Ÿ’–

Penjelasan USG 4D fetomaternal bisa dibaca disini yaa.

Ohiya kami juga sempat ditawari Dokter Ben buat melakukan NIPT test di week 10 untuk cek ada tidaknya kelainan janin secara genetika. Tapi kami putuskan nggak melakukan karena selain biayanya cukup mahal, kalau ketauan ada kelainan terus gimana...? Nggak mungkin digugurin juga kan...berdoa terus semoga semuanya sehat-sehat. Terkait prosedur tes-tes yang bisa dilakukan di Morula bisa dicek disini.

Side Stories

  • Week 15 menuju 16 ngadain pengajian 4 bulanan.
  • Nanya dokter apa boleh olahraga katanya jalan dan renang boleh tapi pelan-pelan aja, yoga nggak disaranin. Tapi ujung-ujungnya sama dokter Ben saya nggak boleh olahraga apapun bahkan untuk sekedar jalan .๐Ÿ˜…
  • Terkait hubungan suami istri bolehnya sampek week 28 aja (tapi kayaknya harus sangat hati-hati kalau kehamilan kembar, better konfirmasi lagi sama dokter kandungan masing-masing ya).
  • Waktu kontrol di week 25 diinfo idealnya saya lahiran caesar di week 37 (antara tgl 15-22 November). Tapi karena kembar ada kecenderungan prematur,  bisa jadi maju ke awal November. Trus buat jaga-jaga in case prematur, di week 32  bakal disuntik pematang paru (steroid). Terkait suntik ini kalau mau baca lebih lanjut bisa disini yaa.

 

Catatan Trisemester Pertama

Lanjutan dari cerita sebelumnya yaa...

Hasil Tes beta hCG 

Hari Jumat tanggal 31 Maret 2023 pagi saya datang ke Morula untuk  tes Beta-hCG. Waktu itu saya udah pasrah banget sih, kayak nothing to lose, udah siap denger hasil terburuk karena pendarahan beberapa hari sebelumnya itu. Nah kata susternya nanti yang ngasi tau hasilnya langsung dokter Benny, jadi saya disuruh nunggu aja mungkin siangan atau sorean. Saya inget waktu itu saya lagi tiduran di kamar apartemen ditemenin adek dan suami masih kerja di RS. Tiba-tiba ada nomor nggak dikenal telpon ke WA saya dan saya kaget pas liat profpict nya dokter Benny, rasanya ndredeg banget hehe. Alhamdulillah Allahuakbar saya dinyatakan hamil ! Waktu saya buka WA ternyata dokter Benny juga ngechat dan ngirim hasil tes b-hCG nya, angkanya waktu itu 1378. Rasanya kayak orang linglung, nangis aja enggak ๐Ÿ˜… Waktu suami pulang pun kita nggak ada yang nangis wkwk saking udah nyiapin mental kalau hasilnya negatif. Saya nangisnya waktu telponan sama mama dan ibu mertua karena beliau berdua yang nangis-nangis hehe. 

Besoknya jam 6 pagi saya ke Morula (Dokter Ben mau pergi jadi nyediain waktu pagi-pagi sekali buat ketemu pasien) buat dapet instruksi selanjutnya harus ngapain. Saya diberi vitamin dan obat-obatan penunjang untuk penguat rahim lalu disuruh tes lab. Vitamin dan obat yang saya gunakan antara lain:

  • Nutrimama untuk trisemester pertama 
  • Vitamin E (weeks keberapa gitu diberhentiin, sorry lupa pastinya) 
  • Vitamin D 
  • Oestrogel (obat oles) 
  • Utrogestan (obat dari bawah) 
  • Duphaston (obat oral) 

Item yang dicek di lab antara lain D Dimer, G6PD, ACA-IgG, ACA-IgM, dan TSH. Hasil labnya ternyata menunjukkan ACA IgM saya elevated (angkanya saat itu 9,5). Hasil ini menunjukkan saya ada indikasi ke arah autoimun, tapi belum bisa disebut autoimun juga karena angkanya masih di bawah 20. Dan memang angka ACA IgM saya cenderung naik dalam beberapa minggu awal (dicek berkala) karena tubuh menganggap kehadiran janin sebagai benda asing yang harus dilawan. Makanya Dokter Ben sempet komen jangan-jangan salah satu penyebab lain selain PCOS yang membuat saya susah hamil bisa jadi karena ini. Mungkin saya dulu pernah hamil tapi keguguran terus (who knows?) Akhirnya diputuskan saya harus suntik pengencer darah (Diviti) tiap hari! huhuhu๐Ÿ˜ญ Karena banyak obat yang harus saya konsumsi dalam satu hari, saya sampai nyetel alarm supaya nggak ada yang terlewat. 

Hamil Kembar

Saat kontrol pertama kali setelah pengumuman hamil, saya nggak di USG karena katanya masih belum kelihatan apa-apa. USG dilakukan 2 minggu setelah dinyatakan positif hamil. Saat dilakukan USG pertama kali, kagetlah kami karena di layar terlihat ada 2 kantong janin tapi hanya ada 1 yang ada detak jantungnya. Mungkinkah saya hamil kembar?? Kata dokter, yang satu bisa berkembang bisa juga tidak. Misal tidak berkembang maka biasanya akan hilang dengan sendirinya. Jujur perasaan saya nano nano... di satu sisi saya kasihan jika salah satunya "menghilang", sedangkan jika beneran ada 2 janin dalam rahim saya, saya juga nggak mbayangin gimana ngasuh 2 anak barengan wkwk. Saya hanya berdoa semoga Allah beri yang terbaik apapun itu. 2 minggu kemudian saya kontrol untuk di USG kembali. Saat itu saya kebetulan datang sendiri karena suami nggak bisa menemani. Allahuakbar ternyata saat dicek  ada detak jantung di kedua kantong janin, yang artinya saya mengandung bayi kembar!๐Ÿ˜ฎ๐Ÿ˜ญ Saya chat suami hasilnya dan respon suami adalah tertawa dan komen "kok bisa hamil kembar itu loh..." Padahal doa kami hanya minta diberi seorang anak, tapi malah langsung diberi dua masya Allah...sungguh Allah Maha Pengasih, Maha Pemberi, dan yang paling tau apa yang terbaik buat hambanya. Jujur saya cukup "biasa" aja responnya waktu tahu hamil kembar. Kalau Allah memang menakdirkan saya punya anak kembar maka insya Allah saya akan dimampukan untuk merawat dan mendidik mereka. Aamiin Allahumma Aamiin...
FYI karena yang dimasukkan ke rahim saya 2 embrio dari 2 telur dan 2 sperma yang berbeda maka anak-anak  saya adalah kembar fraternal. Kembar fraternal bisa berjenis kelamin sama maupun berbeda. Jujur kalau boleh minta sih pinginnya langsung sepasang (laki-perempuan) gitu yaa hihi tapi apapun itu nanti yang penting bayi-bayinya sehat semuaa ๐Ÿ’—


Sumber: https://raisingchildren.net.au/pregnancy/health-wellbeing/twin-pregnancy/twins


Keluhan yang Muncul

Obat-obatan saya gunakan sampai di week 10, kecuali utrogestan lanjut sampai week 12 karena pertimbangan hamil kembar. Suntik Diviti berhenti setelah angka ACA-IgM saya turun, kira-kira setelah 2 bulan. 

Awal-awal kehamilan saya masih ngerasa fine-fine aja. Saya masih bisa puasa dan aktivitas biasa, nafsu makan pun normal. Masuk minggu kedua puasa Ramadhan saya mulai ngerasa mual (tapi nggak muntah), jd saya mutusin nggak puasa (akhirnya saya punya utang puasa 18 hari).  Mulai dari week 8 sampai seterusnya mual muntah saya memburuk. Sebenernya saya nggak rewel makan, makan apa aja mau dan nggak mual karena bau makanan jadi masih bisa masak di dapur. Cuma habisnya makan mesti dikeluarin alias dimuntahin huhu. Trus rasanya tiap hari itu kayak mabuk gitu loh, jadi susah mikir. 

Saya juga sempat mengalami pendarahan seminggu setelah FET. Kalau lihat timingnya sebenernya agak rancu karena pendarahan saat itu bisa berarti pendarahan karena ada implantasi janin di rahim atau memang tanda haid. Waktu itu sama dokter Ben saya langsung disuruh ke Morula untuk dapat suntik tambahan penguat rahim dan disuruh bedrest. Saya sudah nyiapin mental pesimis, kayaknya belum rejekinya hamil deh..eh tapi ternyata saya salah hehee. Selain ini saya sempet ngeflek 2x lagi (ngeflek aja nggak sampe yang berdarah gitu) di minggu-minggu awal kehamilan. Saya diminta untuk bedrest dan Dokter Ben menaikkan dosis utrogestan. Jujur untuk perkara bedrest ini saya nggak bener-bener bedrest ya, mungkin hanya nggak banyak-banyak keluar dari apartemen.  




Being 30

sumber: glamour.com

Dengan segala kehebohan yang terjadi beberapa bulan ini, sampek nggak sempet berkontemplasi tentang umur yang udah masuk kepala 3. Ya Allah kok cepet banget ya...rasanya umur 20 kemarin masih main-main di Jepang๐Ÿ˜”A lot of things happened between those years dan aku berharapnya semoga aku sudah melakukan hal yang cukup bermanfaat ๐Ÿ˜”

Nggak ada yang spesial di tanggal 12 Mei kemarin, yaudah lewat aja gitu wkwk. Dan jujur aku nggak ada tuh kayak "things that I have to do before 30" hahaha super gak ambis (sejak kapan aku begini?๐Ÿ˜‚). Harapannya sebenernya bisa lulus S2 ya tahun ini, but I am not so sure either...Rasanya makin tua tuh makin kayak "yang penting bisa survive hari ini" hihi. Tapii meski begitu banyak hal yang patut disyukuri di kehidupan sehari-hari alhamdulillaah. Tentunya tanpa Allah aku ini bukan siapa-siapa...

Harapanku di umur yang sudah menginjak angka 3, semoga bisa jadi hamba Allah yang makin baik ibadahnya, makin paham kewajiban-kewajibannya, dan diberi kekuatan untuk menjalaninya. Semoga bisa jadi orang yang lebih bijaksana, sabar, dan bisa bermanfaat buat keluarga dan orang lain pada umumnya. Semoga apapun yang aku lakukan sekarang diridhoi Allah dan terus diberi kemudahan di setiap prosesenya. Harapan dan cita-cita yang belum terwujud aku yakin Allah pasti akan ganti dengan yang lebih baik. Yang penting kitanya yang harus tetep berusaha dan berdoa! 

Kepala 3 tentunya akan ada peran dan tantangan baru so tetep harus ganbareee ๐Ÿ’ช๐Ÿ’ช๐Ÿ’ช

Biaya Bayi Tabung di Morula IVF Surabaya


Saya membuat postingan ini karena merasa saat mencari info terkait bayi tabung, nggak banyak yang merinci biayanya apa saja dan berapa. Postingan ini bukan untuk menunjukkan saya punya uang atau gimana, tapi benar-benar murni untuk kepentingan informasi bagi siapapun yang membutuhkan. Jika saya bisa menyebutkan angka-angka di bawah ini, semua rezeki dari Allah dan tentunya support dari keluarga. Alhamdulillah saya dan suami punya "privilage" untuk memilih dalam menentukan jenis promil dan juga dimana mau melakukannya. Suami lebih sreg memilih Morula karena melihat teknologinya yang lebih canggih dan mereka sudah berpengalaman selama 10 tahun sehingga protokolnyapun lebih komprehensif. Jadi memang Morula kalau dilihat dari segi harga mungkin lebih mahal dibandingkan dengan klinik fertilitas yang lain yang ada di Surabaya (sepengetahuan saya ya). 

Waktu saya nanya ke bagian kasir di Morula berapa estimasi biaya IVF, mbaknya jawab total biasanya sekitar 130-150 juta. Ada beberapa faktor yang menyebabkan biaya IVF berbeda-beda tiap pasangan, contohnya sebagai berikut:

  1. Kondisi klinis tiap pasangan yang berpengaruh ke jenis obat dan jenis injeksi beserta dosisnya, mungkin juga perlu prosedur khusus misal MESA/PESA/TESA/TESE, dsb.
  2. Pemilihan sperma dan teknis fertilisasi apakah mau ICSI atau IMSI
  3. Pilihan mau pakai inkubator biasa atau inkubator VIP yang ada time lapse nya. Embrio yang disimpan dalam inkubator biasa dalam waktu tertentu akan dikeluarkan dari inkubator untuk dicek kondisinya. Sedangkan jika menggunkana inkubator VIP, embrio tidak perlu keluar masuk inkubator karena sudah dapat diamati melalui kamera. 
  4. Pilihan untuk melakukan tes genetik seperti PGT-A atau tidak.
  5. Jumlah oocyte yang berhasil diambil saat OPU. Jika lebih dari 19 oocyte (seperti kasus saya) maka tagihannya berbeda (ditagihan tertulis fase OPU menjadi 2x).
  6. Jumlah embrio yang dibekukan. Jika lebih lebih dari 9 embrio ada tambahan biaya karena harus menambah cassete.  

Dan di Morula itu banyak promo dengan durasi tertentu yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pasien juga. Waktu itu kami ikut promo yang deposit 46 juta nanti dapet layanan yang senilai 50 juta. Waktu FET juga sempet dapet diskon 2,5 juta. Jadi perlu disadari bahwa itungan akhir masing-masing pasien bisa sangat berbeda ya, termasuk yang saya tuliskan disini itu hanya pada kasus saya saja tapi mungkin bisa dijadikan referensi untuk biaya kasaran tiap tindakan. 

Screening Awal 

29 Oktober 2022
  • Administrasi Klinik 66.600
  • Konsultasi dokter 555.000
  • Folavit 1000 mg 97.702
  • Osteosan 1000 mg 147.452
  • Santa-E 250 mg 117.882
  • USG 166.500
  • Biaya pasien baru 27.750
  • Buku rekam medis 33.300
Total (PPN dibebaskan) 1.092.060

29 Oktober 2022
  • Anti HCV 853.590
  • Anti HIV 790.320
  • AMH 990.120
  • Anti Rubella 810.300
  • Anti Toxoplasma 607.170
  • Estradiol 942.390
  • Faal Hemostasis 1.067.820
  • FSH 747.030
  • Glukosa darah sewaktu 74.370 
  • HBSAg 335.220
  • LH 738.150 
  • Progesteron 964.590
Total (PPN dibebaskan) 8.037.000

31 Oktober 2022
  • Administrasi Klinik 60.000
  • Sperm Analysis 600.000
Total  (PPN dibebaskan) 660.000

Stimulasi Sel Telur 

1 November 2022
  • Tindakan suntik 222.000
  • Suntik pergoveris 9.972.240 
Total (PPN dibebaskan) 9.186.000

3 November 2022
  • Administrasi klinik 66.600
  • Konsultasi dokter 555.000
  • USG 166.500
Total (PPN dibebaskan) 710.000

3 November 2022
Cek Estradiol 942.390
Total (PPN dibebaskan) 849.000

3 November 2022
  • Suntik cetrotide 3.163.500
  • Suntik pergoveris 9.972.240
Total (PPN dibebaskan) 11.836.000

7 November 2022
  • Administrasi klinik 66.600
  • Konsultasi dokter 555.000
  • USG 166.500
  • Suntik cetrotide 2.109.000
  • Suntik pergoveris 4.986.120
Total (PPN dibebaskan) 7.103.000

7 November 2022
Konsultasi dokter anastesi 388.500
Total (PPN dibebaskan) 350.000

9 November 2022
  • Administrasi klinik 66.600
  • Konsultasi dokter 555.000
  • Suntik cetrotide 1.054.000
  • Suntik pergoveris 2.261.070
  • USG 166.500 
Total (PPN dibebaskan) 3.704.500

10 November 2022
  • Administrasi klinik 66.600
  • Konsultasi dokter 555.000
  • USG 166.500
Total (PPN dibebaskan) 710.000

10 November 2022
  • Cek estradiol 942.390
  • Cek progesteron 964.590
Total (PPN dibebaskan) 1.718.000

Ovum Pick Up

12 November 2022
  • Suntik buselin 1.957.416 
  • Jasa suntik 111.000
  • IMSI treatment 9.990.000
  • IVF treatment  phase I 40.959.000
  • IVF treatment phase II 10.323.000
  • Tindakan claneksi 239.011
  • Tindakan kalnex 39.960
  • Suntik cetrotide 2.109.000
  • Tindakan terfacef inj 726.115
  • Tindakan tofedex 133.200
  • IVF joining fee 1.942.500
Total (PPN dibebaskan) 61.758.921 (tapi saat bayar sekitar 57juta karena dapat diskon)

Embryo Freezing

19 November 2022
Embryo cryopreserve 4.440.000
Total (PPN dibebaskan) 4.000.000

19 November 2022 (ada tambahan 3 embrio di D6)
  • Cassete 1.110.000
  • Embryo crypreserve 4.440.000
Total (PPN dibebaskan) 5.000.000

Stimulasi Penebalan Rahim

24 Desember 2022
  • Administrasi klinik 66.600
  • Konsultasi dokter 555.000
  • USG 166.500
  • Tindakan oestrogel(2) 999.000
Total (PPN dibebaskan) 1.610.000

7 Januari 2023
  • Administrasi klinik 66.600
  • Konsultasi dokter 555.000
  • USG 166.500
Total (PPN dibebaskan) 710.000

12 Januari 2023
  • Administrasi klinik 66.600
  • Konsultasi dokter 555.000
  • USG 166.500
Total (PPN dibebaskan) 710.000

2 Februari 2023 (kontrol karena haid tidak kunjung datang)
  • Administrasi klinik 66.600
  • Konsultasi dokter 555.000
  • Tindakan norelut 70.900
Total (PPN dibebaskan) 631.160

15 Februari 2023 (kontrol karena haid tidak kunjung datang)
  • Administrasi klinik 66.600
  • Konsultasi dokter 555.000
  • Tindakan norelut 110.583
  • USG 166.500
Total (PPN dibebaskan) 809.624

27 Februari 2023
  • Administrasi klinik 66.660
  • Konsultasi dokter 555.000
  • Tindakan oestrogel (1) 999.000
Total (PPN dibebaskan) 1.460.000

9 Maret 2023
  • Administrasi klinik 66.000
  • Konsultasi dokter 555.000
  • Tindakan oestrogel (2) 499.500
Total (PPN dibebaskan) 1.010.000

13 Maret 2023
  • Administrasi klinik 66.600
  • Konsultasi dokter 555.000
  • Tindakan oestrogel (1) 499.500
  • Tindakan utrogestan (24) 879.000
  • USG 166.500
Total (PPN dibebaskan) 1.952.000

Frozen Embryo Transfer

20 Maret 2023
  • Embryo thawing treatment 2.220.000
  • Embryo transfer 13.875.000
  • Embryo storage fee (1 tahun) 4.000.000
  • Tindakan diviti (10) 4.867.350
  • Tindakan oestrogel (1) 499.500
  • Tindakan ovidrel inj 1.443.000
  • Tindakan utrogestan (57) 2.087.000
Total (PPN dibebaskan) 26.122.500 (tapi saat bayar sekitar 23 juta karena dapat diskon)

Pasca Transfer & Hasil

27 Maret 2023 (kontrol karena pendarahan)
Prolution depot inj 277.223
Tindakan duphaston (15) 526.556
Total (PPN dibebaskan) 731.625

31 Maret 2023
Beta HCG kuantitatif serum 1.176.000
Total (PPN dibebaskan) 1.060.000

Total biaya IVF 145.640.000 (kisaran dengan error input dan diskon-diskon yang diterima) 


Pengalaman Bayi Tabung di Morula IVF Surabaya (3)


Stimulus Penebalan Dinding Rahim (2)

Alhamdulillah akhirnya setelah ditunggu-tunggu (padahal biasanya nggak ditunggu ๐Ÿ˜‚) si haid datang juga. Tanggal 27 Februari kontrol ke klinik dan dicek ketebalan dindingnya 0.3 cm.  Karena siklus sebelumnya dinding rahim saya belum mencapai ketebalan yang diharapkan, maka kali ini dosis gel estrogennya dinaikkan jadi 4x2. 

Setelah 10 hari, tanggal 9 Maret kontrol lagi dan ketebalan menjadi 0.73 cm. Hmm padahal ini dosisnya udah double, tapi ternyata ketebalannya nggak meningkat signifikan...saya mulai khawatir ๐Ÿ˜–  Kata dokter ditambah 3 hari lagi, semoga saja nggak turun dan ada kenaikan lah di hari Senin. Karena misalkan ini turun lagi, otomatis FET dicancel dan saya diminta istirahat selama 1 bulan. Dan next program kalau mau stimulus lagi harus pake suntik bukan yang dioles huhu. 

13 Maret waktu dicek ternyata ketebalannya ya gitu-gitu aja, 0.75-0.81 cm. Alhamdulillah yg penting nggak menurun, tapi mepet banget si ya sama standarnya. Cuma dokter memutuskan buat lanjut aja ke FET, toh masih ada waktu seminggu untuk stimulus sampai hari FET. Triple line alhamdulillah aman. Saya dijadwal FET pada tanggal 20 Maret. Selama seminggu sebelum FET, stimulus estrogen tetap dilakukan, ditambah progesteron yang harus dimasukkan dari bawah sebanyak 2x2. Waktu stimulus ini muncul keluhan nyeri perut beberapa kali. Hari itu kami juga akhirnya memutuskan untuk memasukkan 2 embrio dari hari ke-5 pasca fertilisasi (D5 embryo) atas saran dari dokter dan pertimbangan pengalaman penebalan dinding rahim yang nggak mudah. Dulu mikirnya "gampang lah FET bisa dicoba berkali-kali" tapii ternyata kan tidak semudah itu ๐Ÿ˜• Apalagi biaya untuk 1x FET tidak murah, beserta effort yang dikeluarkan juga lumayan. Bismillah aja deh gimana nantinya. 

H-2 saya tes PCR dan H-1 saya tes kadar progesteron. Kalau hasil progesteronnya jelek (di bawah angka 6), dokter akan membatalkan FET besok. Alhamdulillah hasil saya bagus dan tidak memerlukan suntikan progesteron tambahan, jadi saya bisa FET on schedule di tanggal 20 Maret. 

Frozen Embryo Transfer (FET)

Saya datang di Morula jam 8 pagi kurang dan ada 5 pasangan yang juga lagi nunggu, kemungkinan mau FET semua. Suami pas itu berangkatnya nyusul karena masih harus ke RS. Jam 8 lebih saya dipanggil buat ngobrol sama embryologist-nya Morula,tapi saya bilang saya terakhir aja soalnya suami masih otw wkwk. Alhamdulillah pas suami dateng, pas giliran saya masuk. 

Embryologist menerangkan bahwa embrio yang sebelumnya di-freezing, sudah di-thawing lebih dahulu dan alhamdulillah keadaan kedua embrio tersebut 100% oke (saya lupa nggak nanya parameternya apa aja). Kadang ada embrio yang habisnya di-thawing menunjukkan morfologi seperti perubahan warna dsb. Tapi keadaan ini tidak menunjukkan keadaan genetik ya, karena yang bisa diamati hanya morfologinya saja. Kalau ingin tau kondisi genetik maka bisa melakukan prosedur PGTA.  Aturan di Morula, pemilihan embrio yang ditransfer lebih dahulu adalah embrio D5 yang merupakan expanded embryo (ukurannya lebih besar) yang grade-nya good. Kami ditunjukkan gambar embrio yang akan dimasukkan, bentuknya memang agak kisut dibanding sebelum di-freezing. Katanya ini sih normal karena nanti dia akan ngembang ke ukuran awal. Terus kami diberi tau bahwa embryologist sudah melakukan assisted hatching ke embrio kami. Tujuannya membantu si embrio agar lebih mudah nempel ke rahim dengan cara "merusak" sedikit bagian dari zona pleusida milik embrio.  Jika ingin mengetahui lebih lanjut terkait assisted hatching bisa dibaca disini
sumber: invitra.com

Setelah briefing dari embryologist, harusnya saya masuk ruang operasi tapi nggak jadi karena bed di ruang tunggunya masih penuh wkwk. Yaudah saya jadinya nunggu di luar sambil diminta banyak minum air. Kalau ngerasa sudah kebelet pipis, bisa bilang ke susternya. Jadi proses embryo transfer dilakukan dalam kondisi kebelet pipis (ditahan, nggak boleh dikeluarin dulu wkwk) dan tanpa bius. Katanya sih kondisi kayak gini membuat kantung kemih turun lalu kalau di USG perut, uterus atau rahim bisa terlihat lebih jelas di monitor. Sekitar jam 10 kurang saya sudah ganti baju operasi. Tapi pas dicek USG perut, katanya kantung kemihnya masih kurang dikit lagi turunnya jadi saya diminta minum lagi. Jam 10 dokter masuk terus prosesnya berlangsung begitu cepat, kayaknya tiba-tiba selesai gitu aja wkwk. Saya liat jam di hape dokter keluar ruang operasi jam 10.11, jadi sekitar 10-15 menit sudah selesai. Apa sakit? Sedikit sakit ya pas bagian bawah dibuka dan ditahan biar buka terus. Tapi mungkin lebih ke nggak nyaman (?) nggak tau lah pokoknya saya tegang banget kalau bagian bawah diapa-apain itu, sampai ditegur dokternya karena gerak-gerak terus haha. 

Perut di USG sehingga di layar tampak posisi rahim sehingga dokter dapat "ngepasin"
posisinya embrio bener-bener dimasuin tepat di rahim (sumber gambar: mitosis.gr)


Setelah itu saya harus berbaring di bed selama 2 jam, dengan kondisi belum boleh pipis langsung wkwk. Hadeeuu kebelet pol padahal...nunggu 30 menitan lebih baru boleh pipis tapi pake pispot. Ya Allah aneh banget rasanya, otaknya sampai harus nyuruh-nyuruh biar mau keluar (karena ngerasa bukan di toilet ya, jadi sempet mampet padahal jelas-jelas kebelet tadi). Saya sempet 2x pipis di pispot. Akhirnya jam 12an boleh bangun dan turun dari bed terus sama cus pipis di toilet alhamdulillah. Saya baru keluar ruang operasi jam setengah 2 siang. Selagi nunggu diperbolehkan pulang itu saya diberi makan siang dan diberi briefing terkait pantangan-pantangan dan obat-obatan yang harus digunakan pasca FET. Untuk pantangan, sama kayak ibu hamil sih kayak nggak boleh kafein + makanan mentah, nggak boleh aktivitas berat (nggak harus bed rest tapi nggak dibolehin juga jalan yang jauh gitu), jangan pakai skincare atau kosmetik yang tujuannya memutihkan atau anti-acne, yaa gitu-gitu sih. Kalau obatnya ada banyak banget gaes...vitamin E, vitamin D, asam folat, oestrogel (estrogen yang dioles), utrogestan (progesteron yang dimasuin dari bawah), suntuk diviti (pengencer darah, katanya untuk membantu implantasi), dan suntik ovidrel. 
 
sumber google images

Hasil

Embrio katanya menempel di hari ketiga sampai kelima setelah ditransfer ke dalam rahim. Pasca FET, yang saya rasain itu kadang-kadang pusing, badan menghangat, dan sempet mual. Kebetulan pas momennya lagi Ramadhan, saya niat puasa karena memang nggak dilarang. Alhamdulillah hingga hari ketiga aman semua. Nah tiba-tiba hari Minggu sore saya kaget banget pas pipis ngeliat ada flek. Waduh apakah ini haid atau darah yang keluar karena implantasi...? Bingung banget karena tanggalnya juga barengan dengan tanggal haid biasanya. Saya lapor suster trus katanya disuruh bedrest. Okedeh akhirnya diputusin nggak puasa dulu. Besok paginya waktu masuin obat dari bawah kaget, di tangan suami ada bercak darah hmmm. Padahal setelah flek kemarin sore itu nggak keluar apa-apa lagi. Jam 9 pagi pas saya mandi saya langsung lemes pas liat darah merah, bukan flek coklat lagi. Saya lapor suster dan katanya saya disuruh langsung ke Morula buat dapat suntikan hydroxyprogesteron (suntiknya di pantat) dan tambahan obat oral duphaston. Saat pulang dari Morula saya cek itu masih ada fleknya tapi alhamdulillahnya mulai sore sampai besokannya sudah nggak ngflek lagi. Pasrah aja deh sama hasilnya nanti gimana...
Untuk tau berhasil tidaknya proses bayi tabung ini simpel aja, dengan cara cek darah di lab untuk tau kadar hormon bHCG 10 hari pasca FET. Saya nggak berniat untuk ngasi tau hasilnya disini hehe mungkin nanti di postingan selanjutnya kalau memang ada cerita lanjutannya ya ๐Ÿ˜‡

Review Pelayanan 

Menurut saya, kelebihan Klinik Morula IVF adalah karena mereka memang fokusnya di assisted reproductive technology (ART), teknologi yang dimilki lebih canggih, step by step proses sangat detil, dan ditunjang dengan pengalaman mereka yang sudah beroperasi selama 10 tahun di Indonesia sehingga data-data yang dimiliki pun lebih banyak  (maksudnya data seperti "untuk proses X paling bagus harus seperti ini caranya"). Dari segi pelayanan, dokter dan susternya ramah-ramah semua serta informatif. Saat kita menjadi pasien disana, kita akan diberi info siapa suster penanggung jawab kita. Jadi kalau ada apa-apa kita konsulnya ke suster tersebut. Nah saya expect-nya si suster bakal monitor terus menerus dan detil gitu kan, tapi ternyata enggak hehe. Saya memaklumi sih karena pasiennya Morula banyak, jadi mungkin harusnya jumlah suster ditambah ya jadi bisa bener-bener fokus. Kalau saya chat suster PJ, seringnya slow response meski memang pasti dijawab. Intinya jangan expect suster bakal rajin ngecekin atau ngingetin kita, tapi kitanya yang harus proaktif nanya (kalau memang butuh nanya ya). Kalau dr.Benny sendiri, saya pernah konsul by DM instagram (karena dokternya aktif disitu wkwk) dan lumayan fast response. Tapi overall dari segi harga dan pelayanan, saya bisa bilang kalau disini okee ๐Ÿ˜