Seperti dulu saat saya kuliah S1, saya ingin membagi sedikit hasil tulisan saya selama kuliah S1 di Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Beberapa tulisan ini merupakan tugas di beberapa matkul semester 1 kemarin. Saya berharap dengan membagi tulisan ini bisa sedikit bermanfaat bagi pembaca yang mencari referensi terkait topik yang saya tulis.
1. Rekomendasi Sistem Rujukan di Masa Pandemi Covid 19
Dalam situasi pandemi COVID-19 saat ini, penggunaan SISRUTE harus dioptimalkan dalam mengatur rujukan pasien COVID-19. Jawa Timur sendiri mengembangkan aplikasi sistem rujukan satu pintu atau One Gate Referral System untuk memudahkan layanan penempatan pasien Covid-19 di 99 RS rujukan COVID-19. Namun agar tidak terjadi tumpang tindih aplikasi yang berbeda, sebaiknya SISRUTE ini yang dipakai seperti halnya yang dilakukan pemprov lain. Peran FKTP juga harus dioptimalkan sebagai screening awal pasien COVID-19 sebelum dirujuk ke FKTL di atasnya agar tidak terjadi penumpukan pasien di rumah sakit tersier. FKTP diharapkan dapat melakukan triage pasien ODP/OTG/PDP/Confirm COVID-19, melakukan penatalaksanaan dan tindakan sesuai kompetensi, melakukan rujukan ke FKRTL RS sesuai kriteria rujukan, serta aktif berkoordinasi dengan dinkes setempat. Selain itu, fitur komunikasi dan konsultasi jarak jauh atau telemedicine sebaiknya diutamakan dalam masa pandemi. Hal ini untuk mengurangi kontak langsung antara nakes dengan pasien namun tidak mengurangi kualitas pelayanan. Pemerintah sendiri sudah mengeluarkan Surat Edaran Dirjen Yankes Nomor YR. 03/03/III/III8/2020 yangsalah satu isinya menyatakan untuk mengutamakan telemedicine dalam pemberian layanan kesehatan atau mengembangkan sistem aplikasi berbasis online lainnya.
Untuk membaca lengkap silakan download disini.
2. ANALISIS GAMBARAN LEARNING ORGANIZATION DI KLINIK NURANI SUKODONO
Klinik Nurani Sukodono adalah klinik faskes rujukan tingkat pertama yang dibangun pada tahun 2010 dan melayani pasien BPJS maupun umum. Dari tahun ke tahun, tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang prima meningkat. Klinik Nurani Sukodono harus peka pada perubahan yang ada agar eksistensi klinik dapat terjaga dan terus berkembang dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Learning organization atau organisasi pembelajar merupakan salah satu konsep yang bagus dimana organisasi secara terus menerus melakukan proses pembelajaran agar organisasi tersebut memiliki kecepatan berpikir dan bertindak serta pengembangan pengetahuan sehingga dapat merespon beragam perubahan yang muncul.Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran umum mengenai learning organization di Klinik Nurani Sukodono. Berdasarkan 64 hasil ulasan Google, 28% responden memberikan rating 1 atau sangat buruk. Selain itu, beberapa keluhan yang ditulis di ulasan Google terus berulang dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum Klinik Nurani Sukodono belum menerapkan learning organization karena organisasi ini belum belajar dari kesalahan sebelumnya. Jika Klinik Nurani Sukodono dapat menjadi organisasi pembelajar, diharapkan klinik dapat melakukan pembelajaran berkesinambungan untuk dapat mengantisipasi perubahan yang ada serta melakukan pelayanan dengan prima sehingga keluhan pelanggan tidak terulang dari tahun ke tahun.
Untuk membaca lengkap silakan download disini.
3. ROLE PLAY TRAINING DALAM MENINGKATKAN COMMUNICATION SKILL SEBAGAI UPAYA MENGURANGI KELUHAN PASIEN DI
KLINIK NURANI SUKODONO
Behavior modeling training
atau behaviorally experienced training
cocok diterapkan dalam hal mengurangi keluhan pasien akibat sikap sumber daya
manusia di Klinik Nurani Sukodono karena tujuan utama dari metode training ini adalah mengubah sikap
kerja. Menurut Dessler (2003) ada beberapa macam bentuk behaviorally
experienced training, yaitu role playing, business games, sensitivity
training, diversity training, in-basket exercises, dan case studies. Role playing atau bermain peran dan sensitivity training dapat meningkatkan skill interpersonal seseorang sehingga
cocok sebagai salah satu solusi dalam menangani masalah dalam penelitian kali
ini. Bermain peran adalah metode training
di mana peserta diminta untuk menanggapi masalah spesifik yang mungkin mereka
hadapi dalam pekerjaan mereka dengan memerankan situasi dunia nyata. Bermain
peran sering digunakan untuk mengajarkan keterampilan seperti mengelola
tindakan disipliner, wawancara, penanganan keluhan, melakukan tinjauan
penilaian kinerja, pemecahan masalah tim, komunikasi yang efektif, dan analisis
gaya kepemimpinan. Aktivitas bermain peran yang berhasil terjadi jika aktivitas
tersebut benar-benar mencerminkan situasi kehidupan nyata. Metode pelatihan ini
ini juga telah berhasil digunakan untuk mengajari pekerja bagaimana menghadapi
individu yang marah, kesal, atau di luar kendali. (Mondy dan Martocchio, 2016).
Bermain peran mengandung sejumlah aspek yang menurut laporan para profesional
kesehatan sangat berguna yaitu kebutuhan untuk berpikir secara langsung dalam
waktu nyata seperti dalam interaksi aktual dengan pasien, kemampuan untuk
menerima umpan balik pada simulasi, dan kemampuan untuk memperhatikan serta
merefleksikan bagaimana orang lain melakukan pendekatan tugas simulasi yang
sama dalam waktu nyata (Pilnick, 2018).
4. PERSPEKTIF KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM PENERAPAN TELEMEDICINE DI ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN
Makalah ini berisi telaah review mengenai penerapan telemedicine di organisasi pelayanan kesehatan dilihat dari sudut pandang knowledge management. Telemedicine dapat memfasilitasi (mediator) terbentuknya knowledge management seperti explicit/tacit knowledge melalui knowledge transfer/sharing, knowledge discovery, knowledge creation, knowledge exploration/exploitation, yang nantinya dapat dikembangkan menjadi organizational learning sehingga knowledge tersebut dapat bermanfaat bagi organisasi pelayanan kesehatan. Telemedicine mungkin memang tidak dapat menjadi solusi dari seluruh masalah layanan kesehatan yang ada selama pandemi saat ini, namun keberadaannya dapat menjadi salah satu solusi dalam hal knowledge management di bidang pelayanan kesehatan. Karena telemedicine dapat membantu tersalurkannya explicit maupun tacit knowledge antar profesional kesehatan sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dapat memberikan pengetahuan yang sesuai kepada pasien sehingga tercipta e-knowledge.
No comments:
Post a Comment